- Home »
- Para pembudak harta
Hari ini aku bangun jam setengah 5.Aku bangun saat subuh berkumandang di tiang-tiang masjid,saat dingin mencapai titik puncak.Aku bangun tentu bukan kemauanku,kedua orang tua sepertinya mengerahkan segala cara untuk membuatku bangun.Banyak hal yang aku pelajari di Subuh.
Rumahku tak jauh dari pasar.Rumahku hanya terpisah dari jalan raya dengan pasar,hanya diperlukan 30 detik untuk sampai di gerbangnya.Aku besar dan merasakan semangat tak jauh dari Pasar Sokaraja.Tempat itu merupakan denyut nadi pertama yang terbangun saat pagi menjemput bagi kota kecilku.Tempat itu mulai menggeliat dari sepertiga malam.Pasar merupakan sandaran harapan dimana tempat tersebut memberikan garansi atas kehidupanmu.Itulah mantra yang ditiupkan para setan penghuninya.Maka saat jam mulai bergerak ke angka tiga atau empat pagi,para penjual sayur,buah,dan banyak rupa-rupa bergerak beriringan dari rumah mereka.Aku dengar kebanyakan dari mereka berasal dari bukit-bukit terpencil di Suro atau Srowot dan memerlukan perjalan sekitar 1 jam yang paling dekat dan 2 jam untuk perjalanan yang lebih berliku.Maka iring-iringan itu disusupi semangat kesurupan duniawi,mereka berasal dari desa terpencil dan telah terbutakan atas magis pasar.Terbangun mereka di sepertiga malam untuk mulai memberesi dagangannya,saat Subuh mengudara mereka bergerak ke tempat menjanjikan itu.Sungguh ironi seperti ini yang aku lihat hampir setiap pagi.
Aku bukanlah ustadz atau anak pesantren,setidaknya talik ulur antara dunia dan akhirat sangat kentara disekitarku dan membuat nuraniku berkata .Aku bukanlah pemuda yang cukup cakap dalam beriman dan istiqomah di dalamnya.Mereka para pembudak harta berpikir secara rasional tentang pemenuhan kebutuhan meraka dan dengan sadar mengeringkan kepercayaan atas religi mereka.Urusan perut mereka prioritaskan di urutan tertinggi kebutuhannya.Hal-hal yang tidak berkaitan dengan kebutuhan primer seharusnya diminimalisir atau kalau perlu dihilangkan,itulah agenda harian mereka.Detik ini aku berpikir bagaimana pasar bisa begitu bengis dan mengikis sisi humanis manusia yang fitroh,suci.
Itu secuil kisah untuk mereka yang membudakan diri kepada hal paling rasional di dunia : HARTA.Untuk kelas yang lebih elite,bahkan golongan ini tak jauh-jauh dari area pasar.Mereka punya rumah-rumah yang selalu dibuat megah tiap tahunnya.Saat panggilan subuh memancar,mereka merapikan jualan menjanjikannya,snack atau makanan-makanan kecil atau apapun jenis jualan mereka.Level enterprenership mereka tak perlu diragukan,merintis dari nol,merangkak dan guling dalam usaha tersebut bahkan mungkin puasa agar tidak banyak profit yang hilang untuk urusan makan.Dagangan mereka bertumpuk tinggi di rumahnya dan memberikan julukan baru : juragan.Bahkan beberapa diantaranya rela meninggalkan bilik bini mereka dan tidur bersama dagangannya.”Inilah hidup yang keras,takkan ada yang bisa melawan kehidupan selain dengan tanganmu sendiri,takkan ada orang besar lahir dari uluran tangan orang lain” Itulah kalimat motivasi yang selalu terpancar dimulutnya.Memang banyak hal yang rasional yang sangat mudah diproses oleh otak dan menghasilkan tindakan sesuai rasio.Namun adakah sedikit space untuk kalbu mereka.Untuk entitas yang tiada pernah dusta.Adakah mereka bergetar saat adzan memanggil dan beberapa orang tergopoh-gopoh menjemputnya?Adakah tangis batin ketika perilaku mereka terekam baik dibenak anak-anak mereka dan menciptakan alam bawah sadar ?
Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual,tempat dimana penawaran dan permintaan talik menarik menciptakan keseimbangan.Itu ilmu yang aku pelajari selama ini.Tapi buatku pasar hanyalah seonggok tempat kumuh pengikis humanisme manusia dalam religi.Entahlah.