- Home »
- BUNTU
Hari ini benar-benar buntu. Pagi yang biasanya berbinar dan menyiramkan percik-percik inspirasi sepertinya tak berpendar kali ini. Otakku berputar tak karuan di episentrumnya, memikirkan logika-logika sebuah penelitian, hipotesis dan segala macam yang berhubungan dengan sebuah jalan keluar dari universitas bernama Skripsi. Kebiruan langit pagi itu serasa tak berarti, hanya sebuah panorama tanpa makna. Aku yang terbiasa mencecak kagum pada pagi, kali ini di saat paling pagi berhadapan dengan laptop. Di jendelanya aku mengintip peluang, memasuki relung kata per kata dan menghitung lewat kolom kolom Excel, sambil sesekali berdoa agar signifikansi tercipta di pedalaman output SPSS. Entahlah, agaknya sebuah penarikan kesimpulan diperlukan berton ton rumus dan penelitian terdahulu. Itulah kenapa mungkin ilmu itu seperti terpasung, atau mungkin aku terlalu lebih tenggelam dalam sebuah subyektifitas atas diriku sendiri dalam blog maupun tulisan. Entahlah..
Kali ini aku bergegas berangkat pagi, melakukan hal yang wajib dalam pengejaranku dari rutinitas kuliah. Hari ini aku konsultasi. Semoga kali ini dosenku banyak memberikan petuah atau sekedar tips untuk penelitianku.
Pagi itu berderet para mahasiswa bergerombol menunggui dosen. Berbinar rona muka mereka sambil menenteng map berwarna warni tebal yang berisi abstraksi dan setumpuk analisis yang berhubungan dengan penelitian mereka. Mahasiswa Akuntansi seperti tak pernah habis-habisnya semangat mereka, di ujung matanya yang tersirat keoptimisan sepertinya berkata “ Aku datang, dunia kerja....” Mereka seperti kawanan domba yang digiring oleh arus sebuah kemapanan, masuk ke kandang besar penggemukan bernama universitas, dijampi jampi sebuah rapalan mantra bernama ekonomi dan satu per satu diberi thick mark dan bertuliskan “Akuntansi”. Seperti halnya domba, sesekali mereka apatis dan mecerna setiap bahan penggemukan tanpa proses internalisasi di otak, yang penting aku gemuk (baca :Nilainya), aku berbeda dan yang akan pertama dijemput mobil bak pick up (dunia kerja). Agaknya mobil pick up tersebut bukan membawa mereka ke tukang jagal tentunya.
Deretan mahasiswa yang bergerombol adalah sebuah komoditas. Komoditas untuk para pencari peluang (baca : Uang). Seperti halnya kampus rakyat lainnya, kampusku masih bersliweran penjaja makanan kecil, dan makanan pasar tradisional. Sedikit banyak proses menunggu dosen telah menjadi rentetan sebuah kesempatan si penjaja untuk mengepulkan asap di dapurnya. Para mahasiswa yang kelelahan menunggu atau yang bahkan kosong perutnya sedari bilik kosan menjadi target pasar potensial.
“ Jajan mas..jajan mbak” sebuah bentuk promosi paling kuno dan ia ucapkan berulang-ulang. Agaknya ilmu marketing juga dikunyah dalam nalarnya.
“Gasik mas..njajan riyin mriki”..sapa sang penjaja ramah.
“Injih bu” jawabku sambil menyiapkan ruang kosong di perutku yang juga sebenarnya kosong.
“Udah lama jualan bu?”
“Sampun mas..kira-kira 18 tahun lah, lumayan lah tambah-tambah penghasilan”
“Ooohh..lama yah.kenapa jualan makanan tradisional bu??
“Lha wong saya suka mas, lagian saya merasa bahagia bisa bikin makan tradisional”
Jawaban ibu yang polos dan simple itu menohokku di dada. Mengguyur air dingin di kepalaku. Mungkin itu adalah jawaban yang lumrah untuk seorang yang kadang tidak kita duga. Passion itu lah yang dimiliki ibu-ibu penjaja makanan ini. Passion adalah segala hal yang sangat amat dinikmati sehingga tidak terpikir untuk tidak melakukannya. Passion adalah dinamo yang menggerakan seluruh elemen tubuh kita untuk melakukannya, digerakan secara dinamis dan elok dari sudut tubuh kita yang peling bermakna : hati. Hari ini mungkin aku tidak bertemu dosenku, tapi hari ini aku belajar tentang passion. Mungkin aku menulis sebuah penelitian, atau melakukan apapun lebih terdorong karena sebuah keharusan dan kewajiban yang harus dijalankan. Ataupun hanya sebuah pemenuhan kebutuhan semu. Mungkin suatu kali aku terbentur tembok dan buntu dan berhenti. Tak ada desakan untuk berbuat lebih baik, tidak ada sebuah keasyikan mencoba hal-hal baru, tidak ada ekstase kegilaan melakukan hal yang diluar nalar. Itulah passion... Itulah kenapa aku selalu tersudut dan berjalan tanpa semangat..
Kawan..sudahkah kau menemukan passion hidupmu ?